Islam merupakan ajaran agama yang beradab. Islam bukan sekedar agama, namun peradaban yang dapat
dicerna secara empirik (ajaran) terhadap kemajuan peradaban manusia, sekaligus subjek dari
berjalannya sebuah peradaban. Islam mempunyai khasanah sains dan
matematika yang selama
ini diklaim oleh Barat sebagai sumbangsih terbesar peradabannya dalam ilmu pengetahuan. Sumbangsih pemikiran Sarjana Muslim terhadap perkembangan Sains dan Matematika tidak bisa dianggap kecil dan dinafikan.Relasi positif dari esensi postulat dalam matematika tidaklepas
dari fenomenologi Alquran yang memberikan pembuktian akan sebuah nilai ketauhidan.
Peran ilmuwan Muslim memberikan kontribusi pemikiran dan temuan atas berbagai hal dalam sains dan
matematika menambah
pembuktian bahwa tidak adanya dikotomi antara agama danilmu
pengetahuan. Fenomenologi ajaran tauhid juga memberikan relasipositif terhadap pembuktian
bahwa antara wahyu dengan rasionalitas tidak saling
bertentangan.
Integrasi
Sains dan Agama
Sains
juga produk manusia, seperti halnya musik lukisan, film dan lain-lain. Sains
sebagai produk manusia tidak dapat dikecualikan ataupundiistimewakan. Sains
akan membawa pandangan tertentu sesuai dengan siapapembuatnya. Sepertinya
halnya kita mengenal lagu, ada lagu barat, ada lagumelayu atau lagu padang
pasir. Begitu juga sains, paling tidak kita mengenalsains Barat (sains modern)
sebagai sains yang dominan diantara sains yang ada.Sains Islam adalah sains
yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. SainsIslam punya pandangan berupa
pandangan dunia dalam bentuk metafisika atauasumsi filosofis Islami. Sedangkan
sains modern mengabaikan bahkanmenyangkal aspek metafisika, spiritual dan
entitas jagat raya.
Fenomenologi
Matematika
Matematika
mempunyai posisi unik dalam kerangka berfikir sains.Menurut Seyyed Hossein Nasr
(1976:75),setiap pengetahuan tangan pertamaperadaban Islam dan khususnya
sains Islam mengungkapkan posisi istimewamatematika dalam tradisi Islam. Hal
ini dibuktikan dari tipe arsitektur Islam.Cinta kepada matematika menurut Nasr,
berhubungan langsung dengan esensiajaran Islam, yakni doktrin tauhid (keesaan
Tuhan). Tuhan bersifat tunggal;karena itu bilangan satu merupakan seri bilangan
yang paling masuk akal.Menurut Nasr yang mengutip karya Ikhwan al-Shafa’,
Risalat al-Jami’ah, yang menulis:
Sesungguhnya bentuk
bilangan (the form of numbers ) dalam jiwa manusia berkorespondensi dengan bentuk maujud (the forms of existents ) dalam materi (thehyle ). Bilangan
adalah contoh dari dunia yang lebih tinggi. Melalui pengetahuantentangnya,
murid kearifan secara bertahap mengenal sains matematika lainnya, sainsalam,
dan metafisika. Ilmu bilangan adalah akar dari ilmu-ilmu, dasar
kebijaksanaan,awal ilmu-ilmu ketuhanan, pilar dari makna, eliksir pertama dan
kimia yang mujarab.
Uraian di atas memberikan gambaran pikiran
kepada peminat matematika, yang secara sederhana pemaknaan atas matematika hanya
sebagai ilmu alat dalam ilmu-ilmu alam seperti fisika, astronomi, kimia
bahkan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kurikulum yang
memperkenalkan matematika modern tidak pernah memperkenalkan ilmu ini sebagai
alat untuk memahami metafisika atau perantara ilmu duniawi yang fisik dengan
alammeta fisik. Terlebih jika matematika dikatakan sebagai alat pemahaman
ilmu ketuhanan.Konsekuensi dari pola berfikir epistimologi yang positivistik,
yakni terlihat dari pandangan meremehkan ilmu metafisika dan teologi.
Matematika memang sungguh mendapatkan perhatian serius dari para sarjana modern karena
nilai fungsionalnya dalam pengembangan sains. Bahkan cabang ilmuyang terlahir
dari matematika adalah statistik dan komputasi, namun peran matematika tidak
sebatas pada penghubung dengan dunia fisik.Uraian di atas kemudian
ditunjukan oleh pandangan dunia Muslimterhadap matematika. Sarjana Muslim
mengenal sebuah term fenomenologisebagai sebuah pendekatan filosofis sebagai
pisau analisis. Matematika diposisikan sebagai induk.
Menurut Ricard, terdapat tiga karakter pernyataanfenomenologis tentang matematika; yakni non empiris, deskriptif danfenomenon (melukiskan isi kesadaran).Dalam pandangan fenomenologi, kesadaran atas subjek bersifat intensional artinya terbuka dan terarah kepada objek di luar subjek. Kesadaran subjek berkorelasi dengan realitas objek, karena kesadaran bersifat intensionaldan realitas bersifat menampakan diri. Kesadaran bersifat terbuka dan terarahkeadaan objek. Hal ini juga disampaikan descrates (cogito [I think] ) atau punKant. Tidak ada subjek tanpa objek, atau sebaliknya.Hubungan yang paling dilihat dari matematika dengan objek adalahkebenaran matematika yang bersifat tautologis, yaitu kebenaran yang tertutup tanpa berkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomena-fenomena alamsemesta. Hubungan yang juga tidak kalah penting adalah hubungan ataskebenaran matematika yang bersifat rasional dan berkorelasi dengan kesadaran matematika yang bersifat relasional dan berkorelasi dengan kesadaran subjekatas fenomena-fenomena alam raya.
Menurut Ricard, terdapat tiga karakter pernyataanfenomenologis tentang matematika; yakni non empiris, deskriptif danfenomenon (melukiskan isi kesadaran).Dalam pandangan fenomenologi, kesadaran atas subjek bersifat intensional artinya terbuka dan terarah kepada objek di luar subjek. Kesadaran subjek berkorelasi dengan realitas objek, karena kesadaran bersifat intensionaldan realitas bersifat menampakan diri. Kesadaran bersifat terbuka dan terarahkeadaan objek. Hal ini juga disampaikan descrates (cogito [I think] ) atau punKant. Tidak ada subjek tanpa objek, atau sebaliknya.Hubungan yang paling dilihat dari matematika dengan objek adalahkebenaran matematika yang bersifat tautologis, yaitu kebenaran yang tertutup tanpa berkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomena-fenomena alamsemesta. Hubungan yang juga tidak kalah penting adalah hubungan ataskebenaran matematika yang bersifat rasional dan berkorelasi dengan kesadaran matematika yang bersifat relasional dan berkorelasi dengan kesadaran subjekatas fenomena-fenomena alam raya.
Makna Bilangan dalam Alquran
Tanpa disadari, bahasa dan aksara sebagai
sarana komunikasi telah berkembang menjadi bermatra dua, matra alfabet dan matra
numerik. Banyak kebudayaan yang hanya mengembangkan sarana alfabetis
untuk mengkomunikasikan gagasan menembus dinding waktu dan ruang.Kebudayaan Arab
adalah diantara simpul-simpul peradaban yang secara dinimengenal angka.Ketika
melihat gejala transendental mengenai posisi wahyu yangmenjadi pilar
pengembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islamdijelaskan dalam buku
Menggali nalar Saintifik Peradaban Islam oleh HusainHariyanto (2011; 233). Ali
bin Abi Thalib ra menjawab tentang pertanyaandua pendeta Yahudi mengenai makna
bilangan-bilangan dalam kitab suci.Menurut Ibn Abbas, mereka bertanya kepada
Ali bin Abi Thalib ra tentang satuyang tiada duanya, tentang dua yang tiada
tiganya, sampai seratus yang mereka dapatkan di Taurat dan yang kaum Muslim
baca di dalam Alquran. Ali bin AbiThalib ra segera menjawabnya;
Adapun yang satu adalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-NYA. Adapun yang dua adalah Adam dan
Hawwa. Adapun yang tiga adalah Jibril, Mikail dan Israfil; mereka adalah pemimpin para
malaikat. Adapun yang empat adalah Taurat,Injil, Zabur, dan Alquran. Adapun
yang lima adalah shalat yang Allah turunkan atasnabi kami dan umatnya dan yang
tidak pernah diturunkan atas nabi sebelumnya atau umat sebelum kami.
Begitulah paparan Ali
bin Abi Thalib ra dalam mengajari kita konteks bilangan dalam gejala
perenialisme. Cara pandangnya tentang bilangan-bilangan merupakan esesnsi dari
prinsip matematika masuk dalam doktrin bilangan. Ia mengkorelasikannya dengan
gejala fenomena kehidupan sepertispiritual, sosial dan alamiah. Di sinilah akar
dari cara pandang fenomenologis matematika dimulai untuk sarjana Muslim klasik
yang menggeluti matematika.
Sains, Matematika dan
Tauhid
Matematika merupakan
hasil pemikiran dan penalaran manusia yangbertumpu pada logika dan daya cipta.
Ada yang membedakan antara sains danmatematika, dimana matematika berkembang
atas dasar anggapan awal yangdisusun oleh matematikawan loon ndan tidak
dipersoalkan lagi kebenarannya.
Andalan utama matematika adalah pengenalan dan pemahaman pola-polaketeraturan
dan hubungan-bungan antara berbagai sifat melaluipenyederhanaan permasalahan
menjadi intinya yang paling dasar.Sains tidak lebih dari
produk pikiran manusia, seperti halnya seniyakni seni lukis, film, bangunan dan
banyak lagi. Sebagai karya manusia, sainsbisa dirasakan secara indrawi oleh
manusia. Sains membawa tata nilai manusia,sehingga sains Islami secara
keseluruhan punya gagasan harus berdasar danmerupakan pengejahwantahan prinsip
tauhid yang bersumber dari wahyu.Sains merupakan produk manusia dalam
menyibak realita. Terkaitdengan pengertian ini setiap bangunan sains berpijak
pada jalan pilar utamanya,yakni pilar antologi, aksiologi dan
epistimologi. Pilar antologis merupakansubjek ilmu. Sebagai makhluk yang
dibekali oleh material dan indra dan jugaoleh immaterial, sains juga
mendefinisikan tatanan ciptaan makhluk terdiri atastiga keadaan yang
fundamental yakni, keadaan material, psikis dan spiritual.Pilar selanjutnya
adalah aksiologi atau bangunan ilmu pengetahuan. Terkaitdengan tujuan ilmu
pengetahuan, Islam mengenal sang khaliq (pencipta). Hal ini diterangkan pada
Alquran surah Ali ‘Imran (3): 191 “ Orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaanberbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (serayaberkata); Ya Tuhan,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, MahasuciEngkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka “.
Dilihat dari ayat di
atas, bahwa sains Islam adalah mengetahui watak sejati segala sesuatu
sebagaimana yang diberikan oleh Tuhan. Sains Islambertujuan untuk memberikan
arah berfikir manusia tentang kesatuan hukumalam, saling hubungan seluruh
bagian dan aspek sebagai kesatuan prinsip ilahi.Dengan demikian ilmuwan menjadi
lebih dekat dan tunduk kepada Allah Swtsebagai penciptanya.Epistimologi
dalam khazanah sains Islam, epistimologi sains Islammerupakan epistimologi yang
mengalami perluasan, yakni penerimaan wahyusebagai sumber informasi ditambah
dengan metodologi yang tidak tunggal ataukemajemukan metodologi. Epistimologi
sebagai metode yang terkait denganupaya penyikapan realitas tak hanya mungkin
jika pikiran pencerahan olehcahaya iman dan disentuh oleh keberkatan yang
tumbuh dari wahyu karena ruhditiupkan kepada yang menginginkannya. Bagi ilmuwan
Muslim, hal ininiscaya untuk senantiasa memanjatkan doa minta pertolongan Allah
dalam memecahkan masalah-masalah ilmiah maupun filosofi.
Aspek ontologis dan aksiologis telah telah tersimpan di jiwa manusiaMuslim
yang menggeluti sains, maka jalan bagi seorang Muslim untukmenguasai dan
membangun sains Muslim dibedakan pada pelibatan wahyusebagai sumber inspirasi
dan doa bagi akselerasi perolehan wahyu. Walaupun Alquran disampaikan
dalam bahasa Arab namun maknanya sangat universal.Prinsip-prinsip dasar
matematika, termasuk doktrin tentang bilangan,membutuhkan basis ontology agar
dapat memberikan nilai validasi padakorelasi matematika dengan hubungannya pada
dimensi kehidupan manusia.Ditopang basis antologis, ulasan di atas tentang
korelasi matematis merupakanikhtiar penyikapan realitas objektif. Artinya ide dan
prinsip matematikasungguh terlepas dari benar atau salah bahkan bukan ide
ilutif hampa yangsama sekali tidak berkorelasi dengan keyataan.Basis antologis
prinsip matematika merupakan sebuah paradigma dasarbagi sarjana Muslim untuk
memahami dunia intelligible (‘alam mitsal), alamspiritual, alam
metafisis. Hal ini diyakini sebagai teologi pembebasan manusiadari keterbatasan
pola pikir indrawi yang materialistic dan spacio temporal. Pada
titik inilah matematika bisa menjawab mengapa sarjana sains baratmenganggap
bahwa matematika hanya sekedar instrument sains empiris-mekanistik.
Mengapa harus Matematika?
Setiap Sains memcari kepastian dan
persetujuan matematis,
bahkan Alquran juga menjelaskannya, bagaimana Allah menciptakan segala sesuatu dengan
ukuran dan kadarnya, ini membuktikan bahwa sesuatu ciptaan Allah di alam
semesta ini diatur dengan matematika. Newton memperbaiki hasil yangdicapai Kepler dan Galileo, memberikan
keakuratan dan membuktikan bahwaalam semesta yang bersifat materi ini dapat
dijelaskan dengan matematika.Matematika menempati posisi unik dan istimewa
dalam pandangan ilmuwan Muslim. Menurut Seyyed Hossein Nasr (1976), setiap
pengetahuan pada peradaban Islam khususnya sains Islam mengungkapkan posisi
istimewa matematika dalam tradisi Islam. Terlihat sebagai bukti otentik yakni
padaarsitektur Islam yang sangat geometris dan kristal, seni plastik dan
audisikhususnya puisi dan musik, memperagakan cinta kepada aritmatika dan
simbol bilangan, seni penggunaan bahasa Arab yang menggambarkan bahasa
aljabar.Menurut Nasr, geometri dan simbol bilangan berhubungan denganesensi
ajaran Islam, yakni doktrin tentang kesatuan Tuhan (tauhid). Allahadalah
Tunggal, hal ini terbukti dari esensi satu dalam seri bilangan adalahsimbol
yang paling langsung dan masuk akal dari sumber Tuhan satu.Banyak bukti dari
karya-karya ilmuwan Muslim yang begitumemuliakan ilmu matematika seperti yang
dikutip oleh Nasr (1976 : 75) darikarya Ikhwan al-shafa, Risalat al-Jamiah
(Damaskus : Saliba, 1949) yang menulis :
Sesungguhnya
bentuk bilangan (the form of numbers) dalam jiwa manusia berkorespondensi dengan
bentuk maujud (the forms of existens) dalam materi (thehyle). Bilangan adalah
contoh dari dunia yang lebih tinggi. Melalui pengetahuantentangnya, murid
kearifan secara bertahap mengenal sains matematika lainnya, sainalam, dan
metafisika. Ilmu bilangan adalah akar dari ilmu-ilmu, dasar kebijaksanaan,awal
ilmu-ilmu ketuhanan.
Dengan latar fakta yang diuraikan di atas,
maka kita perlu memahami secara dalam bagaimana kiprah sarjana Muslim
memposisikan matematika.Pandangan ilmuwan Muslim terhadap matematika tidak
sederhana. Secaraprespektif filosofi konsekwensi pola pikir epistimologi yang
positivistik perlukita urai posisi matematika dalam paradigma berfikir sarjana
Muslim. Sejarawan sains Thomas Goldstein dalam Dawn of Modern Sciences (1980), dengan baik mengulas
kontribusi Islam terhadap matematika modern yang disebut sebagai an absolutely momentous one (sumbangan yang sangatpenting). Besarnya sumbangan tersebut
digambarkan sebagai sesuatu yang luar biasa sehingga dikatakan bahwa kita tidak
dapat memahami perkembangan matematika modern tanpa matematika yang dikembangkan
matematikawan Muslim.Keunikan pandangan ilmuwan Muslim terhadap matematika
dapatdilihat dari pendekatan fenomenologi aliran ini dirintis oleh Edmund
Husserl(1859-1938). Namun pandangan fenomenologi memang banyak digunakan dalam
ilmu-ilmu sosial kemanusiaan. Ada pernyataan fenomenologi yang patutmenjadi
tautan dalam pemahaman matematika dari sarjana Muslim. MenurutRichad Smith
dalam Husain Hariyanto (2011; 225) yaitu (1) Non empiris); (2)Deskriptif; dan
(3) Memberikan fenomenon, melukiskan kesadaran. Mestimemiliki pengertian
berbeda, kesadaran dan intensionalitas merupakan duaterm pokok yang tidak
terpisahkan dalam metode fenomenologis. Dalampandangan fenomenologi, kesadaran
subjek bersifat intensional, yaitu terbuka dan terarah pada objek di luar
subjek.Kesadaran subjek berkorelasi dengan realitas objek karena kesadaran bersifat
intensional dan realitas bersifat menampakan diri. Kesadaran bersifat terbuka
dan terarah kepada objek. Tidak ada subjek tanpa objek, atausebaliknya. Dengan
demikian, fenomenologi matematika merupakan sebuahtinjauan terhadap korelasi
manusia sebagai subjek dengan prinsip-prinsipmatematika sebagai
objek. Jenis hubungan yang dibangun dalam matematika yakni bahwa
kebenaran matematika bersifat tautologis, yaitu kebenaran yang tertutup
tanpaberkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomena-fenomena alamsemesta.
Kemudian hubungan matematika bersifat relasional, berkorelasidengan kesadaran
subjek ataupun fenomena-fenomena alam raya.Ilmuwan Muslim berpandangan bahwa
prinsip-prinsip matematika bukan sesuatu yang asing dan terisolasi dari
realitas, melainkan berkorelasi eratdengan kesadaran subjek dan kehidupan
nyata.
Dikisahkan Ali bin Abi Thalib ra menjawab pertanyaan tentang bilangan yang diajukan oleh
pendeta Yahudi. Pendeta bertanya: Bilangan mana yang habis dibagi satusampai
sepuluh?. Pertanyaan ini jika dipelajari pada masa sekarang dinamakan pertanyaan
tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), pertanyaannyasecara operasi
matematika lumayan rumit.
Namun Ali bin Abi Thalib ra menjwab
dengan sedehana. Beliau menjawab: kalikanlah jumlah harimu dalam
sebulan dengan jumlah bulanmu dalam setahun dan dengan jumlah harimu dalam seminggu. (30 x 12 x 7 = 2520)
Jawaban di atas sungguh menarik, Ali bin Abi Thalib ra menjawab
dengan mengkorelasikannya dengan fenomena-fenomena alam dan kehidupan sehari-hari,
yakni konsep tentang hari, minggu, bulan dan tahun. Jawaban tersebut
menggungkapkan betapa bagi Ali bin Abi Thalib ra, prinsip-prinsip matematika
berorelasi dengan fenomena-fenomena kehidupan (kosmologi),sehingga kebenaran
rumusan matematika berhubungan secara harmonis dansimetris dengan kebenaran
kosmologis. Prinsip hari, minggu bulan dan tahun tidak lepas dari adanya
rotasibumi yang menghasilkan siang dan malam. Kita semua yang pernah belajar
IPAakan menjawab tentang pertanyaan “gelap”. Gelap terjadi karena bagian
bumimembelakangi matahari, sehingga tidak mendapatkan sinar matahari.
Begitupula sebaliknya bagian bumi yang mendapat matahari akan terjadi
terang.Secara sederhana memang bisa terjawab. Namun ketika ada lanjutan pertanyaan
yang berbunyi: kenapa harus bergantian?, apakah tidak mungkin bumi hanya
diliputi kegelapan, yang berarti akan terjadi malam terus atau sebaliknya akan
terjadi siang terus karena belahannya selalu mengahadap matahari. Allah
mengatakan dalam QS Al-Qashash (28):71:
“Katakanlah,
terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terusmenerus
sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkansinar
terang kepadamu?maka apakah kamu tidak mendengar? “
Atau sebaliknya juga Allah
mengatakan dalam QS Al-Qashash (28):72:
“ Katakanlah, terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu siang itu terusmenerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkanmalam kepadamu yang kamu beristirahat
padanya? Maka apakah tidakmemperhatikan? ”
Dari uraian di atas,
malam dan siang serta berlangsungnya kehidupandi muka bumi menunjukan bahwa
jarak antara bumi dengan matahari adalah jarak ideal, tidak terlalu
dekat dan tidak terlalu jauh. Jika matahari terlalu dekatdengan bumi maka
menyebabkan siang sangat panas dan kehidupan menjadisulit berlangsung, begitu
juga sebaliknya.Pergantian siang dan malam mengungkapkan aspek sangat
mendasarbahwa terjadi hubungan antara alam semesta dengan kehidupan. Jika
alamsemesta ada dalam keabadian dan selalu mengandung sejumlah bintang
dangalaxi yang sama seperti saat ini dan menyebar kurang lebih dengan
distribusimerata keseluruh ruang jagat raya.
Sumbangan Matematikawan Muslim
Sarjana Muslim klasik
khususnya matematikawan Muslim, sangat besardalam memberikan kontribusi
pikiran-pikirannya dalam peradaban manusiakhususnya kemajuan sains dan
matematika. Upaya mereka melakukanuniversalitas keilmuan tidak bisa
dipandang remeh bahkan tidak bisa dipandangsebelah mata, sekalipun oleh dunia
Barat. Sejarah mencatat ketika peradabanIslam belum hadir dalam catatan
sejarah, telah muncul peradaban persia
di Jundisyapur, begitu pula peradaban Yunani yang di serap sarjana Muslimmelalui
tradisi Hellenistik di kerajaan Iskandariyah (Mesir), ataupun warisankaum
Sabean dari Harran (Suriah), yang semuanya ini mewariskan ilmu sainsdan
matematika pada zaman pra Islam. Pada masa pra Islam ini peradabanyahanya
mewariskan wawasan kesukuan walaupun telah mengenal sains danmatematika secara
dalam. Ketika Islam datang paradigma lama mulaidiperbaharui oleh ilmuwan
Muslim, yang mengembangkan pikiran-pikiran dankesadaran bahwa sains dan
matematika merupakan milik universal umatmanusia yang harus diabadikan kepada
penegakan nilai-nilai kemanusiaan.Inilah yang menghambat tradisi ilmu
pengetahuan sebelum Islam lahir,sehingga tidak terjadi persentuhan-persentuhan
dengan peradaban-peradabanlain. Banyak sumbangan ilmuawan Muslim dalam
pengembangan sains danmatematika, seperti Sayyidina Ali, Al-Khawarizmi, Abu
al-Wafa, UmarKhayam, Al-Farghani, Al-Battani, Al-Thusi, Ibn al-Haitsam,
Al-Biruni, Al-Khazimi, Ibn Yunus, Kamal al-Din al-Farisi, Ibn Firnas, Jabir b,
Hayyan,Zakariyya al_razi, Ibn Sina, Al-Qonun, Abu al-Qosim, Ibn Nafis. Berikut
inibeberapa saja yang akan diurai dalam tulisan ini diantaranya adalah:
Sayyidina Ali
Sayyidina Ali bin Abi
Thalib karamallahu wajhah, dikenal sebagaipintunya ilmu (hadis Nabi:Ana Madinah al-ilmi wa Ali babuha: Aku adalahkota
ilmu dan Ali adalah pintunya) . Ali bin Abi Thalib ra adalah sahabat
Rosul Muhammad yang terkenal cerdas, jujur dan berwawasan luas. Banyak
riwayatyang mengkisahkan kemahiran beliau dalam ilmu matematika. Temuan Ali
bin Abi Thalib ra yang telah dijelaskan di atas tentang kelaziman
bilangan kelipatan yang sekarang terkenal dengan istilah KPK (kelipatan
Persekutuan Terkecil),berguna dalam operasi-operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan, dengancara menyamakan penyebutnya. Dalam hukum waris (faraidh) ini pun digunakan.Berkaitan dengan
persoalan waris, dikisahkan bahwa suatu waktu adatiga orang menemui Ali bin Abi
Thalib ra. Mereka membawa persoalan warisyang menimpa dan rumit. Ketiga orang
ini, mempunyai 17 ekor unta sebagaiharta warisan. Mereka hendak membaginya dengan
pembagian yang berbedayakni ½, 1/3, dan 1/9. Jika menggunakan perhitungan
langsung masing-masingmendapat 8½, 5 2/3 dan 1 8/9, tentunya tidak mungkin
dalam perhitunganunta yang dalam keadaan hidup. Ketika itu Ali bin Abi Thalib
ra menyarankanagar mereka menambahkan 1 ekor unta dengan cara meminjam
kepadanya,sehingga jumlah unta sekarang menjadi 18 ekor. Walhasil mereka
mendapatkanangka bulat yakni 18 ekor sehingga mudah dalam pembagian.
Sehinggamasing-masing mereka mendapatkan 9 ekor (1/2 bagian), 6 ekor (1/3
bagian)dan 2 ekor (1/9 bagian). Sehingga total yang dibagikan tetap 17 sehingga
satuekor unta milik Ali bin Abi Thalib ra pun diambilnya kembali.Peristiwa ini,
menunjukan bahwa kemampuan matematika Ali bin AbiThalib ra sungguh luar biasa
di masanya sehingga cepat tanggap menyelesaikanpersoalan-persoalan sehari-hari
dengan metode yang kreatif dan nonkonvensional.
Al Khawarizmi
Al-Khawarizmi
merupakan tokoh ilmuwan Muslim yang sangat konsendalam pengembangan matematika.
Ia banyak memberikan sumbanganpemikiran dalam bidang aljabar. Nama lengkap
ilmuwan Muslim ini adalah Abu Jafar Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Ia merupakan
matematikawanpertama yang mengajarkan aljabar dengan elementer. AlJabar banyak
dipelajariberasal dari karyanya yang berjudul kitab al-Mukhtashar fi Hisâb al-Jabr
wa al- Muqâbalah (buku kesimpulan proses
kalkulasi untuk paksaan dan persamaan),namun sering disingkat dengan al-Jabar
wa al-Muqâbalah (aljabar dan persamaan). Ada tujuh hal yang patut diketahui untuk menelaah karya besar al-Khawarizmi
sebagai sumbangan yang cukup berarti bagi khazanah Islam dan pengembangan sains
dan matematika.
Pertama adalah memperkenalkan desimalatau persepuluhan, konsep
ini memperkaya khasanah dari penemuan formulaseksagesimal atau perenampuluhan.
Formula perenampuluhan merupakanperhitungan kuno yang diwariskan dari zaman
Babilonia yang biasa digunakandalam perhitungan jam yakni enam puluh detik,
enam puluh menit. Sedangkan desimal banyak digunakan saat ini, sehingga angka
dapat digunakan operasiangka dibelakang koma, sebagai angka
pecahan.
Sumbangan kedua, penggunaan variabel dan simbol-simbol.
Memang sebenarnya matematika adalah bahasa simbol. Hal ini mendorong
pesatnya perkembanagan formula-formula persamaan dalam matematika.
Ketiga
adalah menemukan bilangan nol. Sumbangan angka nol olehnya, mengubah
kemajuan penemuan angka lewat angka romawi yang belum mengenal angka nol. Angka nol ( shifr ) diterangkan pertama kali pada perhitungan
sistem desimal. Temuan ini membuka cakrawala baru dalam banyak operasi dan
persoalan matematika.
Keempat, penemuan nilai simbol phi (π), nilai ini
menyatakanperbandingan keliling sebuah lingkaran yang dipakai sampai saat ini.
Nilai phiditetapkan 22/7 atau secara desimal ditulis 3,1428571. Ia menemukan
bahwa perbandingan keliling terhadap garis tengah lingkaran bernilai tetap dalam
istilah matematika dinamakan konstanta. Penemuan konstanta phi membantu kita dalam menghitung volume bola dan
menghitung luas maupun keliling lingkaran.
Kelima, al-Khawarizmi juga menyusun
daftar logaritma. Daftar ini digunakan untuk menemukan jawaban atas
masalah-masalah aritmatika.
Keenam, metode aljabar, temuan ini digunakan untuk
menghitung tinggi segitiga.
Ketujuh, merumuskan penyelesaian persamaan
kuadrat dengan
konsep variabel, parameter, dan akar kuadrat. Persamaan kuadratik yang dipecahkansecara
umum mempunyai formula ax2+ bx + c = 0dengan penyelesaian
masalahdengan rumus sekarang terkenal dengan rumus ABC. X 12 = (-b ±√(b2-4ac) /2a.
Abu al-Wafa
Abu al-Wafa mempunyai nama laengkap Muhamad bin Yahya binIsmail
bin Al-Abbas Abu al-Wafa al-Buzjani. Abu al-Wafa memperkenalkankonsep tangen,
cotangen, secon cosecan dalam ilmu yang sangat terkenal untukilmu matematika
yakni trigonometri. Ia menemukan formula penjumlahandalam trigonometri yang
terkenal yakni;Sin (A+B) = Sin A. Cos B + Sin B. Cos ACos (A+B) = Coa A.Cos B +
Sin A. Sin BTangen (A+B) = (Tan A + Tan B)/(1-Tan A.Tan B)Selain itu juga, Abu
al-Wafa mengembangkan trigonometri sferis(bidang lengkung/kurva), Ia
menyempurnakan teorema Menelaus yang disebut rule of the four magnitudes aturan empat besaran), yaitu Sin a : Sin c = Sin A:1,dan
teorema tangen tan a : tan A = Sin b : 1, yang kemudian dari rumus itu
al- Wafa mengambil keseimpulan berupa teorema baru yakni Cos c = Cos a. Cos
b.Lebih dari itu al-Wafa juga menemukan dua buah rumus untuksetengah sudut
dalam perhitungan trigonometri yaitu;
2 Sin2 ½ A = 1-Cos A2 Cos2
½ A = 1 + CosA Kemudian, ia juga menemukan
rumus sudut ganda;Sin 2 A = 2 Sin A. Cos A yang ini menjadi pijakan
rumus;
Cos 2 A = Cos2 A
– Sin2 A = 2 Cos2 A-1 = 1-2 Sin2 A
Umat Islam perlu ikut berpartisipasi dalam
upaya mengembangkan sains
dan matematika, termasuk dalam penyempurnaan kerangka dasarnya seperti yang dilakukan oleh
para pemikir terdahulu. Sains dan matematika merupakan khazanah Islam yang tidak boleh diabaikan
perkembanganya. UmatIslam
harus senantiasa ikut berpartisipasi dalam pengembangan sains dan matematika dengan melakukan
riset yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena kegiatan ilmiah merupakan tugas dari kekhalifaan manusia di
bumi. Para saintis Muslim
perlu memberikan sumbangan kepada agama dalam bentuk bantuanteknis untuk menyempurnakan
penerapan ajaran agama, hal ini dimaksudkan untuk kembali melandasi cara pandang kita terhadap ilmu
terlebih sains dan matematika.
Sumber:http://www.academia.edu/9990160/KHAZANAH_SAINS_DAN_MATEMATIKA_DALAM_ISLAM_Rizqon_Halal_Syah_Aji
Sumber:http://www.academia.edu/9990160/KHAZANAH_SAINS_DAN_MATEMATIKA_DALAM_ISLAM_Rizqon_Halal_Syah_Aji
blognya lucu mbak :)
BalasHapus